Selasa, 07 April 2020, Hari Selasa dalam Pekan Suci
Yesaya 49:1-6
Mzm 71:1-2.3-4a.5-6ab.15.17
Yohanes 13:21-33.36-38
Seberapa sering kita merasa ingin menyerah pada orang, kolega kita, bos, teman, atau bahkan orang yang kita cintai, pasangan, anak-anak, bahkan orangtua? Kita merasa bahwa meskipun telah memberikan yang terbaik dan melakukan pengorbanan yang luar biasa, mereka tidak menghargai dan tidak berterima kasih? Memang, banyak orang tua yang patah hati, terutama ketika anak-anak mereka berubah menjadi bandel, tidak patuh, pemberontak, dan kurang berbakti kepada anak. Kita tidak hanya menyerah pada mereka, tetapi lebih buruk lagi, kita menyerah pada diri kita sendiri. Berapa sering pikiran muncul, aku telah menjalani hidupku dengan sia-sia. Kita telah gagal. Kita jatuh ke dalam depresi yang dalam dan mengisolasi diri kita dari orang-orang, terlalu malu untuk menghadapi dunia.Yesus juga pasti merasa sangat sedih ketika memikirkan murid-murid-Nya. Tetapi Dia tidak pernah menyerah pada para rasul-Nya. Meskipun Dia tahu bahwa mereka akan mengkhianati Dia, Dia masih duduk dalam persekutuan saat makan bersama mereka. Dia berusaha menjangkau mereka. Mengapa Tuhan mengasihi kita tanpa syarat? Karena Tuhan ingin mengajar kita bahwa cara terbaik untuk memenangkan musuh kita dan pengkhianat kita adalah dengan mengasihi mereka. Hanya cinta yang bisa memenangkan musuh kita. Yesus mempraktikkan apa yang Dia ajarkan kepada murid-Nya pada saat Khotbah di Bukit. “Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.”(Mat 5: 43-44). Kalau Yesus terus berupaya menjangkau para murid yang dikasihiNya dan tidak menyerah untuk terus mengasihi mereka yang akan mengkhianati-Nya, termasuk Petrus dan Yudas Iskariot, apa alasan kita untuk menyerah dan kalah dan berhenti mengasihi? Never give up !!!
Most Rev. William Goh
– disadur RDG
Diunggah: frater | Tanggal: 07-04-2020 08:38
Tags: homili-renungan