Minggu II Paskah: Pesta Kerahiman Ilahi
Seringkali, Pesta Kerahiman Ilahi disamakan atau identik dengan pesta kelompok atau gerakan rohani tertentu. Padahal sesungguhnya tidak demikian. Para Imam diminta untuk memberikan penjelasan kepada umat mengenai Minggu Kerahiman Ilahi (Dekrit Penitensiary Apostolik, 29 Juni 2002) Ada tema sentral, yaitu belas kasih Allah yang dirayakan pada hari minggu ini. Inilah permenungan mendalam dibalik peristiwa keraguan Thomas terhadap kebangkitan dan kehadiran nyata Yesus Kristus di tengah-tengah para rasul dan di tengah-tengah kita pada saat ini yang sedang diterpa pandemik covid-19.
Kehadiran Pesta Kerahiman Ilahi di dalam Gereja sudah ada sejak Paskah pertama. Saat Kristus bangkit mulia mengalahkan maut. Peristiwa paripurna Allah mengasihi manusia. Kerahiman Ilahi adalah tema yang selama berabad-abad didalami Gereja dalam perjalanan sejarah sampai awal abad ke-21 melalui pengalaman rohani St. M. Faustina Kowalska yang dianugerahi pengalaman rohani istimewa bersama dengan Tuhan Yesus, mengkristal pada Pesta Kerahiman Ilahi - Minggu II Paskah. Hal yang tampak ketika St. Yohanes Paulus II (Paus) meresmikan Minggu Kerahiman Ilahi sekaligus menganonisasi St. M. Faustina (30 April 2000 – Tahun Yubelium). Lebih dari semua itu, Perayaan Paskah tidak selesai dengan perayaan malam Paskah atau Minggu Paskah. Ada masa oktaf Paskah, kita, umat beriman sungguh-sungguh diajak bersama para murid kembali merenungkan apa yang sesungguhnya terjadi di Yerusalem pada hari-hari belakangan ini? (Luk 24:13-35). Seolah kita mendapat teguran untuk tidak berhenti dengan perayaan liturgis, tetapi masuk dalam kedalaman belas kasih Allah yang harusnya menjadi STYLE OF LIFE kristiani. Inilah keutamaan ilahi.
Bagaimana kita menjadikan karya belas kasih Allah yang telah dipersembahkan-Nya bagi seluruh umat manusia juga kita bangun dalam perjalanan hidup kita di dunia ini. Inilah panggilan Minggu Kerahiman Ilahi. Kita tidak berhenti merayakan kerahiman Allah, tetapi mewujudkan panggilan-Nya bagaimana kerahiman ilahi tersebut tertanam kuat-kuat dalam tindakan, perkataan dan doa-doa kita. Menghadapi pandemik covid-19 ini, ada pada kita pilihan untuk mengandalkan kemampuan kita atau sepenuhnya mengandalkanNya. Mengandalkan diri dengan tindakan kesombongan, kecemasan, ketakutan, keegoisan, tetapi sesungguhnya riskan dan rapuh. Atau, kita tetap mengandalkanNya yang telah terbukti memberikan kedamaian, ketenangan, kerendahan hati, pengorbanan, berbagi keselamatan bagi semua. Kita diundang Menjadi Bunga Kasih dan Buah Kerahiman Ilahi.
Yesus berkata kepada St. Thomas “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." Kita diundang Yesus bukan menjadi bagian yang melihat kehadiran-Nya 2000 tahun yang lalu, atau kita tidak diundang pula menyaksikan atraksi mukjizat lalu kita percaya. Kita diundang untuk ambil bagian dalam mukjizatNya dengan melangkah bersama untuk menaruh belas kasih-Nya pada sesama. Di sanalah terjadi mukjizat kasih-Nya.
RD. Goen
Diunggah: frater | Tanggal: 17-04-2020 11:07
Tags: homili-renungan