Surat Gembala Prapaskah 2020 KAPal

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2020
MGR. ALOYSIUS SUDARSO SCJ 
USKUP AGUNG
KEUSKUPAN AGUNG PALEMBANG 
No: 090/Dio.KAPal/II/2020 

Kalau kamu berdoa dan berpuasa, nyatakan itu dalam karya belaskasih.

”Setelah  berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, dan akhirnya laparlah Yesus ( Mt.4:1-2).

Saudara yang terkasih.

Pada permulaan Masa Prapaskah, waktu yang penuh rahmat, Liturgi mengingatkan lagi akan “Doa, Puasa dan Amal Kasih, sebagai  praktik pertumbuhan hidup sebagai orang beriman. Agar kita dapat mempersiapkan perayaan Paskah lebih baik, dan dengan demikian semakin mengalami Kuasa Allah, yang akan kita dengarkan dalam Vigili Malam Paskah “Kuasa yang mengusir kedurhakaan, membersihkan orang yang berdosa, mengembalikan kesucian kepada yang jatuh dan menghibur yang berdukacita” (Pujian Paskah “Exultet.”).
Sungguh Masa Prapaskah mengingatkan kita akan empat puluh hari Yesus berpuasa di padang gurun, yang Ia jalani sebelum pelayananNya di depan umum.

Memasuki Masa Prapaskah ini kita akan ditandai dengan abu pada hari Rabu Abu. Ada dua hal diIngatkan kepada kita, pertama bahWa kita itu lemah berasal dari Abu. Maka manusia diingatkan akan kerendahan hati karena berasal dari abu dan akan kembali kepada abu, dan kedua kita harus bertobat dari dosa dengan menempatkan Tuhan sebagai pusat hidup kita dan bukan menempatkan diri sendiri maupun nafsu menguasai kita. Dengan semangat “kerendah hati dan tobat” marilah  kita memasuki masa prapaskah ini.

Sudah sejak awal gereja walau sukacita Paskah sudah menggelora dalam hidup mereka, para rasul menjaga kebiasaan berpuasa. Di dalam Kisah Para Rasul dicatat bahwa puasa dan doa selalu dilaksanakan mendahului tugas-tugas perutusan, keberangkatan untuk mewartakan Injil, dan perpisahan seperti ketika para murid di Antiokia berpuasa sebelum membiarkan Paulus dan Barnabas pergi bermisi (cf Kis 13:2ff dan 14:22). Ketika Paulus dalam kesulitan pelayanannya karena lapar dan haus, serta di tengah bahaya yang mengancam, disebabkan karena situasi yang menekannya. Paulus tidak begitu saja puas dengan membiarkan diri,  karena harus menerima situasi berat demikian, dia selalu mewajibkan puasa bagi dirinya di tengah derita itu (cf.1 Kor 9:15-27 dll).

Saudara saudari yang terkasih.
Kebangkitan Kristus telah menjamin perjalanan hidup manusia di dunia kita yang penuh tantangan dan perjuangan. Namun kita setiap kali ingin agar iman akan kebangkitan itu menjadi semakin bernyala dalam kesaksian hidup nyata baik pribadi maupun kebersamaan kita sebagai gereja. Itulah perutusan kita sebagai gereja “mewartakan Kristus yang bangkit bagi keselamatan semua manusia.”

Puasa, Doa dan Amal kasih merupakan tiga serangkai tindakan religius dari Injil yang mengungkapkan pemberian hidup kita sepenuhnya.  Yesus, dalam Kotbah di bukit, menyampaikan tiga hal itu sebagai perbuatan baik yang sangat dikenal dalam persembahan diri. Itulah mengenai mempersembahkan hati kita dalam berdoa, mempersembahkan tubuh badani kita dalam berpuasa dan harta benda milik kita dalam beramal. Maka dalam tradisi kita sebagai gereja  berpuasa itu tak terpisahkan dari berdoa dan amal kasih, dan tak terpisahkan dari hubungan yang hidup dengan Tuhan dan sesama. 

Marilah kita menghayati doa kita, puasa kita dan amal kita menjadi sumber cinta kasih kita kepada anak-anak, keluarga, lingkungan, gereja dan bangsa kita.

Puasa yang sejati bersifat moral dan juga fisik. Puasa sejati akan mengubah hati dan kehendak; mendorong kita kembali kepada Bapa, seperti anak yang hilang kembali kerumah Bapanya. Pantang bukan hanya dari makanan tetapi juga dari dosa. Puasa bukan hanya menyangkut makan (mulut) saja, tetapi juga ‘mata, telinga, kaki tangan, dan seluruh anggota tubuh kita”: mata harus dijauhkan dari yang tidak senonoh, telinga dari gosip yang jahat, tangan dari tindakan yang tidak adil, lidah dari hujatan dan kemarahan.”  Tidak ada gunanya berpuasa dari makanan (mulut), tetapi kita menghina dan melukai dengan kata kata kasar. Karena mengendalikan makan bertujuan memurnikan batin, melakukan pengendalian diri agar berugahari dalam makan dan minuman untuk selalu belajar berdisipilin batin, seperti mengendalikan dari pemikiran negatif dan kata kata atau kemarahan yang menyakitkan hati sesama.

Maka puasa dan pantang di Masa Prapaskah selalu harus  menjadi kesempatan untuk tumbuh dalam kejernihan batin agar kita betul dapat menerima Paskah dengan hati yang baru sebagai pintu masuk ke kehidupan baru yang merupakan anugerah besar Kristus yang bangkit. Semoga hati kita semakin terbuka untuk mendengarkan suara Kristus dan dikuatkan oleh SabdaNya yang menyelamatkan.  Dan masa prapaskah ini dapat mendekatkan Kristus yang akan memuaskan kehausan dan kelaparan kita yang sangat dalam sebagai manusia yaitu : lapar dan haus akan Tuhan. Maka keterbukaan mata hati untuk belaskasih harus juga merupakan perwujudan nyata dari gerakan bersama sebagai umat yang telah diberkati iman akan kebangkitan. Kebangkitan Kristus ingin menunjukkan bahwa hidup manusia itu berharga. 

Saudara saudari yang terkasih.
Gerakan Aksi Puasa Pembangunan (APP) adalah gerakan pertobatan dan solidaritas kita sebagai anggota Gereja Katolik di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Diharapkan APP menjadi gerakan yang membawa pembaharuan dan perubahan mendasar dalam hidup dan kebersamaan kita dengan sesama. Dan untuk APP Nasional tahun 2020 mengambil tema: ”Membangun Kehidupan Ekonomi yang bermartabat” dengan sub-judul “Jangan Rampas Hak Kami.” Gerakan ini dimaksudkan agar gereja terus mewartakan harapan akan keadilan di tengah masyarakat kita yang ditandai oleh praktek ketidakadilan khususnya di bidang ekonomi.  Permenungan yang dilaksanakan bersama di lingkungan-lingkungan dan dalam kelompok-kelompok tertentu, akan semakin mendorong solidaritas dan kesadaran bersama sebagai gereja yang mencintai masyarakat se-bangsa yang meridukan kesejahteraan yang berkeadilan.

Selamat memasuki masa prapaskah. Tuhan memberkati.
 

Palembang, 21 Februari 2020


Mgr. Aloysius Sudarso SCJ
Uskup Agung Keuskupan Agung Palembang 
 

Diunggah: frater | Tanggal: 25-02-2020 15:52