Paroki St. Aloysius Gonzaga: Berawal Dari Transmigrasi, Kini Menjadi Paroki

Paroki St. Aloysius Gonzaga: Berawal Dari Transmigrasi, Kini Menjadi Paroki

“Pada hakikatnya kami mendukung apa yang menjadi cita-cita Mgr Yohanes Harun Yuwono Pr, bahwa Mendekatkan Imam dengan Umat, dan mendekatkan Umat dengan Imam. Kita menjadi paham akibatnya, Pos Pelayanan, Unit Pastoral, Kuasi Paroki menjadi cara untuk mewujudkan impian baik Bapak Uskup kita ini. Kita mendukungnya, karena itu bukan slogan kosong apalagi motto yang manis didengarkan oleh telinga. Tetapi apa yang menjadi harapan Bapak Uskup ini berdasarkan kebutuhan akar rumput di KAPal. Maka saat stasi St Paulus Sungai Lilin dengan 20 Stasi yang ada berdinamika untuk dipersiapkan menjadi Kuasi Paroki; harapan Bapa Uskup tersebut menjadi penyemangatnya. Panitia bekerja keras dengan acuan dan pedoman yang diberikan oleh pihak keuskupan. Akhirnya stasi St Paulus Sungai Lilin ditetapkan oleh Mgr Aloysisus Sudarso SCJ menjadi Kuasi Paroki pada hari Minggu 12 September 2021. Stasi St Paulus dengan berbagai pertimbangan praktis akhirnya berubah menjadi St Aloysius Ganzaga,” demikian sepenggal tulisan dari Dokumen Menuju Paroki Aloysius Gonzaga Sungai Lilin dengan keterangan waktu medio Februari 2023.

Paroki St Aloysius Gonzaga beralamat di Jl. Poros Desa Sumber Rejeki (B1), RT 04/RW 04 Simpang B2, Kelurahan Sungai Lilin Jaya, Kecamatan Sungai Lilin, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Paroki tersebut merupakan bagian dari Dekanat I Keuskupan Agung Palembang (KAPal) yang ditetapkan menjadi Paroki oleh Mgr. Yohanes Harun Yuwono, Uskup Diosesan KAPal, pada Kamis, 28 September 2023 melalui Dekrit No. 530/Dio.KAPal/VII/2023.

Paroki ini memiliki wilayah teritorial pelayanan cukup luas. Wilayah I meliputi Stasi St. Paulus Sungai Lilin, Stasi St. Maria RR Karang Agung Ulu, Stasi St. Thomas Air Tenggulang, Stasi St. Magdalena Sungai Djarum, Stasi St. Lukas Mukut, dan Stasi St. Petrus PTPN7 Bentaian. Wilayah II meliputi Stasi St. Petrus Bayung Lencir, Stasi Kristus Raja Talang Nyamuk, Stasi St. Fransiskus Xaverius Selaro, Stasi St. Antonius – B4 Pandan Sari, Stasi St. Yoseph – D-4 Sumber Sari, Stasi St. Petrus Pulai Gading, Stasi St. Fransiskus Asisi – B1 Beji Mulyo, Stasi St. Maria RPD Hijrah Mukti, Stasi St. Laurensius Belido, Stasi St. Fransiskus Asisi Sri Damai, dan Stasi St. Tadeus B2 Bero Jaya Timur. Wilayah III meliputi Stasi St. Mikael Wahana, Stasi St. Clara Sekayu – Kota, Stasi St. Lukas B 5 Tanjung Keputran dan Stasi SP 1 Sido Mukti.

Cikal bakal Paroki St. Aloysius Gonzaga cukup unik, bermula dari program transmigrasi. Sejarah mencatat, kala itu di antara 450 keluarga, ada 4 keluarga katolik yang mengikuti program transmigrasi ke wilayah Sungai Lilin pada tahun 1981. Empat keluarga tersebut: keluarga bapak Subagyo, keluarga bapak Dionisius Siswowiyanto, keluarga bapak Petrus Sudarminto, dan keluarga bapak Sugeng Wibowo, dan disusul oleh keluarga bapak Heronimo Surono.

“Merespon adanya umat Katolik di Sungai Lilin, pada 5 Januari 1984 Mgr. Joseph H. Soudant, Uskup Palembang, mengangkat seorang katekis keuskupan bernama Yoseph Susar untuk membantu pembinaan untuk umat Katolik di wilayah Betung, Sungai Lilin, dan Bayung Lencir. Pada hari yang sama, bapak Yoseph bersama dengan RP. Titus Purbasaputra SCJ berangkat ke stasi Keluang, Sungai Lilin dan Bayung Lencir untuk merayakan Natal sekaligus untuk pengenalan medan pelayanan bagi katekis baru tersebut. Pada Agustus 1985 jumlah umat Katolik sudah bertambah menjadi 8 keluarga,” kisah Bapak Siswowiyanto.

Lebih lanjut, beliau mengisahkan bahwa saat itu umat mulai bergotong-royong untuk membangun sebuah kapel berukuran 6 x 9 meter di atas tanah miliknya (Bapak Siswowiyanto) sebab rumah umat tidak bisa menampung umat yang menghadiri Misa. Pada tahun yang sama kapel itu digunakan untuk misa Natal. Kisah tersebut juga diungkap dan dikenang oleh Yoseph Susar, Ketua DPP St. Aloysius Gonzaga dalam sambutanya.

Kehadiran Gembala dari Masa Ke Masa

Paroki St. Aloysius Gonzaga awalnya merupakan stasi dari Paroki Katedral St. Maria, kemudian pada akhir tahun 1985 menjadi stasi dari Paroki St. Yoseph Palembang. Pada tahun 1987 stasi ini tergabung ke Paroki Hati Kudus Palembang sebab pelayanan diberikan oleh RP. F.X. Edy Harso SCJ yang berdomisili di paroki tersebut. Tidak lama kemudian stasi ini menjadi bagian pelayanan Paroki St. Maria Ratu Rosario Palembang di bawah penggembalaan RP. Thadeus Laton SCJ yang saat itu berdomisili di Seminari Menengah St. Paulus Palembang.

Sejak 2005, RD. Maryanto melayani stasi ini sebab telah ditetapkan menjadi bagian pelayanan dari Paroki St. Stefanus Talang Betutu Palembang. Pada tahun yang sama, umat membeli tanah seluas 1/2 hektar yang terletak di belakang rumah bapak Yoseph Susar untuk membangun kapel. Setelah umat mendapat izin dari ketua RT setempat, proses pembangunan dimulai tetapi terjadi penolakan dari warga setempat. Alasan penolakan adalah ketakutan tidak ada yang melayat, jika di antara mereka ada yang meninggal karena terdapat kapel tempat beribadatnya umat Kristen di sekitar mereka. Akhirnya pembangunan berhenti selama 3 tahun.

Pada tahun 2008 penggembalaan stasi ini diemban oleh RD. Laurentius Rakidi dan RD. Antonuis Sugianto. Pada awal penggembalaan kedua romo ini, stasi-stasi yang ada di wilayah Banyuasin dan Musi Banyuasin mulai dilibatkan dalam kegiatan menggereja. Hasilnya, kegairahan menggereja di stasi menjadi sangat hidup. Pada tahun yang sama, umat kembali mengurus syarat-syarat guna membangun kapel, namun umat kesulitan untuk mendapatkan ijin. Akhirnya umat bertekad untuk membangun kapel darurat dan melakukan ibadat Paskah dengan suka cita pada 4 April 2010 di tempat yang sama di gereja Stasi St. Paulus, yang sekarang ini menjadi pusat Paroki St. Aloysius Gonzaga.

Setelah satu tahun kapel semi permanen tersebut dibangun, tepatnya pada 28 Mei 2011, diadakan ibadat pemberkatan peletakan batu pertama yang dipimpin oleh RD. Laurensius Rakidi dengan dihadiri oleh umat Sungai Lilin serta perwakilan dari setiap stasi sekitar. Dengan Penuh semangat umat menargetkan pada hari raya Natal tahun 2011 harus sudah mengadakan misa di gereja yang baru. Keinginan umat terkabul, pada 25 Desember 2011 umat sudah bisa merayakan misa di gereja yang sudah permanen dengan kursi yang masih plastik. Kemudian pada 23 Juni 2013 gereja tersebut diresmikan oleh Mgr. Aloysius Sudarso SCJ.

Pada 1 Oktober 2013, RD. Sagino menjadi pastor pertama yang memulai program menetap selama sebulan di Gereja Stasi St. Paulus Sungai lilin, kemudian bergantian dengan RD. Joko Susanto. Kehadiran imam di tengah umat memberi dampak baik, terutama dalam memotivasi semangat hidup menggereja. Salah satu buahnya adalah semangat umat untuk membangun pastoran.

Pada 3 Mei 2018 umat mendapatkan IMB dari DPM-BTSP untuk pembangunan pastoran. Pada 15 Agustus 2018 diadakan misa peletakan batu pertama yang dipimpin oleh RD. Samandi. Setelah pembangunan selesai, pada 26 Januari 2020 pastoran diberkati oleh Mgr. Aloysius Sudarso SCJ. Pada 30 Agustus 2020, Ordo Carmel (O.Carm) masuk untuk pelayanan di tempat ini. Pelayanan diawali dengan misa kudus yang dipimpin oleh RP. Andreas Yudhi Wiyadi O.Carm didampingi oleh RD. Samandi, RD. Laurentius Rakidi serta RD. Ignatius Sukari.

Benih imam kekatolikan yang dibawa oleh 4 keluarga transmigran itu terus bertumbuh dalam sapaan para gembala yang silih berganti. Tonggak sejarah baru pun dimulai, tepatnya pada 29 Oktober 2020 stasi ini mengadakan rapat untuk pembentukan panitia persiapan unit pastoral/kuasi paroki. Rapat dihadiri oleh wakil-wakil tokoh umat dari stasi sekitarnya; juga dihadiri oleh pengurus DPP St. Stefanus Palembang sebanyak 62 orang.

Usulan dan pembahasan pembentukan Kuasi Paroki disampaikan oleh Pastor Paroki St. Stefanus Palembang bersama dengan RP. Yudhi Wiyadi O.Carm pada Rapat Dewan Imam Keuskupan Agung Palembang 01 Juni 2021. Tanggapan atas permohonan pendirian Kuasi Paroki St. Aloysius Gonzaga dibahas pada Rapat Dewan Imam tanggal 23-24 Juni 2021. Waktu itu, Uskup Agung Palembang, Mgr. Aloysius Sudarso SCJ, akhirnya menetapkan pendirian Kuasi Paroki St. Aloysius Gonzaga melalui Surat Keputusan No.: 235/Dio.KAPal/VIII/2021 tertanggal 26 Agustus 2021 dengan nama Pelindung St. Aloysius Gonzaga Sungai Lilin. Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal 12 September 2021.

 

Teguh dalam Iman

Proses persiapan menjadi paroki pun ditindaklanjuti. Melalui Surat Pengangkatan dari Keuskupan No:100/Dio.KAPal/III/2022 tertanggal 9 Maret 2022, yang berisi pengangkatan dan penugasan tim dengan Koordinator: RD Simon Margono (Deken) dan RD Anselmus Ola Soni (Parokus). Ketua I: RP Andreas Yudhi Wiyadi O. Carm. Ketua II: RP Vincentius Delo Betu O. Carm. Seiring adanya perutusan baru, RD. Ansel digantikan oleh RD. Simon selaku parokus Paroki St. Stefanus Palembang; dan RP. Vincent O.Carm digantikan oleh RP. Ignatius Imam Sukarno O.Carm selaku pastor rekan.

Dalam laporan tim bersama panitia tercatat demikian, “Beberapa syarat kuantitatif seperti jumlah umat sudah memenuhi syarat lebih dari 700 jiwa yang tersebar luas di dua Kabupaten yakni Kabupaten Banyuasin dan Musi Banyuasin. Nah prospektif perkembangan umat ke depan sangat baik, tenaga imam, tenaga pastoral awam, sarana prasarana dan sumber daya keuangan, dll. Kami menilai sudah baik, sehat dan siap untuk menopang jalannya kehidupan praktik pastoral pelayanan di Kuasi Paroki St Algonz. Semuanya itu bukan berdasarkan perkiraan tetapi kajian data dan praktik yang kami jalankan selama ini. Kami panitia sangat terkesan dengan semangat dan kerelaan untuk terus belajar dalam praktik hidup menggereja. Artinya di sini telah terjadi kesadaran, pengertian, kerjasama yang baik antarumat di lingkungan, stasi dan wilayah dalam mengemban tugas dan tanggungjawab sesuai dengan peran dan statusnya masing-masing. Kami para pendamping pastoral selalu menekankan asal punyai iman, niat, kemauan dan terus bersedia belajar, maka kita akan bisa melakukan lompatan besar dan pekerjaan-pekerjaan besar yang dapat kita laksanakan. Manusia berusaha dan Tuhan menyempurnakannya. Peran Roh Kudus tidak bisa diabaikan bahkan sering kali di luar perhitungan managamen terbaik sekalipun.”

Kerja keras Tim dan Panitia mendapat respons baik dari Mgr. Yohanes Harun Yuwono dengan keputusan: Kuasi Paroki ini ditetapkan menjadi Paroki St. Aloysius Gonzaga. Dalam homili Misa Syukur itu, Uskup Diosesan KAPal mengajak umat, OMK khususnya, untuk teguh dalam iman.

Iman kepada Yesus yang tak tergoyahkan diharapkan memampukan umat menghayati sifat utama Gereja: satu, kudus, katolik, apostolik. “Dengan menjadi paroki, saya hanya mengingatkan akan sifat-sifat utama dari gereja. Pertama, Gereja adalah satu, artinya umat katolik di paroki ini harus mempunyai semangat menyatukan baik di tengah keluarga, seluruh umat dan masyarakat,” kata Mgr Aloysius Sudarso SCJ, Uskup Emeritus KAPal.

“Kemudian, kudus. Dengan menjadi paroki, tempat ini menjadi tempat yang menguduskan, menyucikan. Katolik artinya terbuka. Orang katolik harus terbuka dengan perbedaan karena Tuhan yang menciptakan. Umat katolik harus apostolik. Artinya Anda dengan menjadi umat di paroki ini harus menjadi rasul-rasul. Melanjutkan pelayanan seperti Yesus mewartakan kabar baik, keselamatan kepada semua orang, tersentuh oleh masalah-masalah kemanusiaan yang kita hadapi di tengah masyarakat. Saling membantu, saling peduli, saling berbelaskasih. Itu yang ingin diungkapkan sebagai rasul, apostolik,” harap Uskup Emeritus dalam sambutannya. **

RD Widhy

Diunggah: sekretariat | Tanggal: 04-10-2023 11:05

Tags: keuskupan